Sejauh ini, bagi Saya yang baru tinggal di Jogja kurang lebih 23 tahun, bakpia ya seperti yang dari saat Saya datang ke Jogja tahun 2000. Namun bagi anak usia 20an dan baru menginjakkan kaki di Jogja setahun sebelum pandemi covid bisa jadi bakpia yang asli ya yang dikukus. Apalagi bagi mereka yang tinggal di luar Jogja.
Dalam tulisan ini Saya tidak akan menghakimi mana bakpia yang sebenarnya dan mana yang modifikasi. Namun Saya ingin mencoba mengambil pelajaran bisnis dari dua model bakpia yang beredar saat ini di pasaran. Sebagaimana Kita ketahui, banyak orang di luar Jogja yang berseloroh “belum ke Jogja kalau belum bawa oleh-oleh bakpia” maka dapat dikatakan Jogja identik dengan bakpia.
Sedikit cerita, sore 25 Juli 2023 Saya bertemu dengan salah satu pengusaha bakpia di pinggiran kabupaten terluar DIY. Cerita punya cerita, pengusaha ini mengatakan “generasi melenial mengenal bakpia sepertinya yang tidak sebenarnya, karena mereka taunya bakpia kukus“. Dari situ Saya mencoba berpikir dan mbatin “jangan-jangan benar juga ya”.
Namun Saya mencoba berpikir lagi. Sebenarnya dalam dunia bisnis, tuntutan utama adalah inovasi. Ya, berhenti berinovasi, bisnis bisa berhenti. Namun tidak juga demikian untuk makanan khas seperti bakpia. Banyak makanan khas yang tetap laku dan disukai pasar dengan mempertahankan bentuk, cita rasa, dan sejenisnya sebagaimana aslinya.
Namun demikian bukan berarti makanan khas tidak perlu dilakukan inovasi ya… Menurut Saya, tetap wajib dilakukan inovasi, khususnya di kemasan, bentuk, dan jumlah isi dalam satu kemasannya. Namun bila inovasinya kebablasan alias sampai merubah nyaris total dari segi rasa Saya kira akan berubah total. Akhirnya yang sama hanya sekedar namanya. Contohnya ya bakpia model.saat ini seperti Kita kenal bakpia kukus.
Saya secara pribadi lebih setuju bila bakpia Jogja khas sebagaimana pada umumnya bakpia tahun 2000an atau bahkan 50 tahun sebelumnya. Namun inovasi dari sudut pengemasan, kemasannya, desain kemasan, dan sejenisnya membutuhkan inovasi agar sesuai tujuan yang diinginkan pasar.
Contoh inovasi dalam bisnis bakpia menurut Saya dapat dilakukan di tiga aspek. Aspek bentuk kemasan, aspek pengemasan dan aspek desain kemasan. Berikut detail penjelasannya;
- Inovasi dalam bentuk kemasan. Bila bakpia pada umumnya kemasannya kota segi empat, ada baiknya dilakukan inovasi menjadi segi panjang dan lebih menciut dalam lebarnya. Tujuannya apa? Agar isinya tidak begitu banyak, karena akan menurunkan harga jual sebagaimana inovasi kedua berikut ini.
- Inovasi dalam pengemasan. Kalau bakpia pada umumnya satu kotak isi 30 atau 20, Kita bisa inovasi dengan isi 5 saja atau 10 butir. Apa fungsinya? Bisa dengan dua tujuan yaitu harga lebih dapat dijangkau dan bentuk kemasan dapat berubah drastis. Dengan demikian dapat berfungsi secara maksimal bagi konsumen yang akan membeli untuk oleh-oleh pulang dari piknik.
- Inovasi dalam desain kemasan. Ya memang kemasan bakpia dari dahulu kebanyakan satu atau dua warna. Namun sebagaimana Kita ketahui, ada dan laku juga kan bakpia dengan desain kemasan yang full colour. Mudahnya, bisa Kita bandingkan desain kemasan bakpia merek 25 dengan kencana misalnya.
Kesimpulan Saya, inovasi dalam bisnis makanan khas memang diperlukan, namun tidak harus kebablasan. Ada aspek yang bisa dilakukan inovasi dan ada yang harus menjaga citra keasliannya. Tujuannya agar tetap secara esensi namun dapat disesuaikan dengan kondisi konsumen kekinian.
Ya sekedar pemikiran saja sih ini. Sobat Ayo Bisnis boleh setuju dan boleh tidak. Bila ada yang tertarik bisnis bakpia, jangan lupa desain kemasannya yang menarik ya…! Bila gak bisa desain dapat konsultasi dengan yang ahli salah satunya tim di yogyakartas.com. Coba cek aja webnya itu…!
Baca artikel lainnya : Ertiga