Biasanya kita sering mendengar kalimat “hybrid” dikaitkan dengan varian baru kendaraan. Dalam kontek kendaraan khususnya mobil, hybrid biasanya mengandung lebih dari dua unsur bahan bakar untuk motor penggerak. Ini yang berarti hybrid merupakan gabungan dari satu varian yang umum berlaku.
Sebelum adanya internet dan turunannya, pemasaran sebuah produk biasanya dilakukan dengan menunjukkan fisiknya kepada calon konsumen secara langsung dengan metode tatap muka. Namun pasca merebaknya teknologi internet, semua hampir berlomba-lomba merubah pola pemasarannya ke online alias tanpa tatap muka langsung dengan calon pembeli.
Tidak ada yang salah dengan hal ini karena memang suatu keniscayaan yang harus dilakukan oleh seorang pemasa maupun produsen dalam mengenalkan produknya pada calon konsumen. Namun seiring berjalannya waktu dan terus berkembang nya teknologi internet, timbullah persaingan yang juga ketat. Sehingga dibutuhkan effort yang lebih besar untuk mampu bersaing.
Ya sebenarnya sama saja, pemasaran offline maupun online semuanya harus bersaing. Namun perubahan teknologi yang begitu cepat dan terkadang tidak semua element sumber daya mendukung untuk itu, pemasaran online saja bisa terlindas oleh para pendatang baru yang lebih menguasai perkembangan baik teknologinya maupun pola penggunanya.Lalu yang jadi pertanyaan, cukupkah seorang pemasar atau produsen menggantungkan pada salah satu pola saja? Sementara ini menurut saya TIDAK CUKUP. Lalu bagaimana caranya?
HYBRID marketing. Ya hybrid marketing jawabannya. Singkatnya, pemasaran yang menggabungkan antara offline dan online secaraberimbang. Minimal ya mengandung dua acara tersebut dalam pelaksanaanya. Bisa 30% offline dan sisanya online ataupun sebaliknya, 25% online dan 75% sisanya online.
Bila Anda sebagai pengusaha maupun pemasar sebuah produk, Anda bisa memilih sendiri berapa porsi masing-masing. Bila kemampuan Anda di bidang online cukup tinggi bisa diporsikan hingga 80% tidak menjadi persoalan. Namun bila kemampuan dan sumberdaya Anda tidak mendukung, ya baiknya secukupnya saja. Sia-sia bila dipaksakan harus online semua sedangkan kemampuan dan sumberdaya Anda terbatas.Endingnya Anda tetap terlindas dan sumber daya yang Anda miliki habis sebelum menang.
Pilihan offline saja juga demikian. Tidak semua konsumen kita masih bisa diberikan penawaran secara offline. Karena hingga pedesaan, internet telah menjangkau semuanya. Akhirnya mereka calon pembeli banyak yang kurang nyaman kalau mendapatkan penawaran langsung alias offline. Artinya, offline saja juga tidak menjadi jawaban. Branding berkelanjutan melalui online sangat diperlukan sehingga mampu mendukung pemasaran offlinenya.
Penggunaan kedua metode pemasaran secara bersama-sama ini yang saya maksud dengan ”hybrid marketing”. Nah untuk teknis lebih lanjut, akan saya ulas pada tulisan saya selanjutnya. Pantau terus ya, jangan lupa saat baca tetap sambil nyruput kopi…. Biar tidak terlalu “spaneng”. Hhhhh….