Saya pernah mendapat ucapan bernada kelakar dari seorang teman yang sempat akrab lama. Kelakarnya begini “Mas Imam ini berhasil, tapi gagal”. Ya benar begitu ucapannya. Kalau saya marah mungkin hasilnya akan lebih gagal. Oleh sebab itu, saya berupaya menerima kelakar itu sebagai masukan positif. Meskipun secara auto emosi ya pengennya marah. Tapi yang jelas, sikap marah cenderung negatif, sehingga hasilnya nyaris bisa dipastikan juga akan negatif. Oleh sebab itu saya ambil positifnya saja berupa ungkapan dalam hati “Bisa jadi benar yang teman katakan ini”. Ini sikap positif yang saya ambil saat itu.
Dalam penjelasan panjang teman saya tadi kenapa mengatakan demikian adalah bahwa saya menurutnya berhasil melakukan inovasi-inovasi. Namun gagal dalam implementasi karena tim pelaksana tidak mampu memahami apa yang saya maksud. Nah saat dijelaskan demikian auto sikap positif saya mendapatkan pembenaran. Untungnya saya tidak langsung menyikapinya dengan negatif.
Belajar dari kelakar teman ini lah saya memcoba merenungkan. Kesimpulannya jadi tulisan ini. Point utamanya adalah begitu penting menyiapkan penerjemah dari sebuah kebijakan bisnis. Ini agar apa yang kita (sebagai pimpinan, owner, atau apapun itu istilahnya buat kita) putuskan tentang bisnis dapat diimplementasikan dalam teknik kerja oleh tim.
Nah untuk itu lebih lengkapnya kenapa kita penting menyiapkan penerjemah kebijakan di antaranya adalah sebagai berikut;
Pertama, owner atau pimpinan biasanya dalam memutuskan kebijakan khususnya yang visioner tidak mampu diimplementasikan oleh tim pelaksana. Oleh sebab itu, sebagai pimpinan maupun owner dari sebuah bisnis harus menyiapkan calon-calon personil yang mampu memahami kebijakan tersebut. Nah bila ada yang mengerti bagaimana teknis pelaksanaan dari kebijakan tersebut baru dapat kita putuskan sebuah kebijakan yang visioner. Tujuannya sekali lagi agar kebijakan tidak gagal dalam implementasi di teknisnya
Kedua, pemikiran owner ataupun pimpinan yang visioner cenderung terlalu mengawang-awang. Namanya juga awang-awang pasti cenderung tinggi. Karena ketinggian itulah diperlukan orang yang mampu memggapai dan membawanya turun ke tim dengan bahasa yang dapat dipahami oleh mereka. Inilah fungsi yang saya sebut penerjemah kebijakan di sini. Sebagai contoh kebijakan menggunakan sarana promosi online. Bila tim tidak ada yang mampu melakukan desain ataupun editing video, maka harus ada satu orang yang mengerti apa itu promosi online dan mampu mencari videographer maupun editing. Meskipun penerjemah tadi tidak punya kemampuan. Paling tidak mengerti yang dimaksud dan mampu membangun tim pelaksananya.
Ketiga, biasanya owner ataupun pimpinan tidak punya cukup waktu untuk memberikan pengarahan teknis kerja karena padatnya aktifitas yang dilakukan. Hal ini paling sering dirasakan oleh pemimpin maupun owner bisnis. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan kebijakan yang visoner bila ada penerjemah maka personil penerjemah inilah yang akan mengarahkan dan mengawasi serta membimbing langsung tim pelaksana. Berdasarkan pengalaman selama ini, di konteks waktu inilah kegagalan sering menghantui. Karena kalau pemimpin atau owner terjun langsung tanpa penerjemah dapat dipastikan akan menghabiskan waktu yang sebenarnya bisa digunakan untuk hal yang lebih urgent.
Lalu bagaimana cara menyiapkan penerjemah kebijakan bisnis sedini mungkin? Nah untuk hal ini akan kita kupas di edisi berikutnya saja ya… Oleh sebab itu pantau terus edisi-edisi berikutnya. Bukannya apa, kalau semua saya bahas sekaligus di sini pasti tulisan ini jadi panjang banget. Biar Sobat Ayo! Bisnis tidak bosan, maka saya cukupkan sekian. Semoga bermanfaat.
Sekali lagi, penyiapan penerjemah kebijakan bisnis itu sangat penting. Yang jelas, semakin disiapkan secara dini, hasilnya akan semakin baik. Selamat mencoba…! Sukses untuk kita semua…!
Baca artikel lainnya : Angkringan Keraton : Bisnis Untuk Fund Rising