Membaca kata “diferensiasi” saja mungkin kita sudah kesulitan, apalagi mempraktikkannya. Iya kan? Ya maklumlah, lidah kita kan bukan lidah Eropa. Tapi tenang, kali ini akan kita ulas mengenai “diferensiasi” ini dalam praktik bisnis secara sederhana.
Kata “diferensiasi” memang bukan kata asli Bahasa Indonesia. Tapi ini merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris yang berarti perbedaan. Menurut KBBI alias Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ini sudah menjadi kata serapan resmi Bahasa Indonesia. Dalam KBBI, “diferensiasi” diartikan sebagai sesuatu yang membedakan satu benda maupun kondisi dengan yang lainnya. Intinya tentang perbedaan.
Ya, “diferensiasi” dalam dunia usaha sering dikaitkan dengan kata produk. Artinya yang harus berbeda hanya sekedar produk bisnis semata. Namun bagi penulis, “diferensiasi” bisa kita gandengkan dengan kata bisnis atau usaha. Artinya yang harus ada perbedaan dengan entitas lainnya bukan hanya produknya, tapi keseluruhan aspek dari bisnis yang kita jalankan.
Kalau hanya membuat perbedaan alias “diferensiasi” dalam kontek produk saja mungkin kita kesulitan karena terbatasnya pola pikir. Namun kalau yang kita buat berbeda dalam kontek bisnis secara menyeluruh kita bisa lebih sederhana mempraktikkannya. Langkah berikut penulis rasa yang bisa dilakukan dengan mudah :
Pertama, bila bisnis kita sama dengan yang lain-lain, coba kita buat berbeda alias mempraktikan kata “diferensiasi” dalam aspek semboyan misalnya. Kita bisa jadi lebih mudah menemukannya. Sebagai contoh dari pengalaman penulis di bisnis cetak mencetak, kami tidak menggunakan kalimat “percetakan” sama sekali dalam berbagai unsur yang disampaikan. Tapi kami lebih memilih kalimat “spesialis kemasan dan paper bag” sehingga konsumen mengerti apa yang kami produksi. Walaupun intinya tetap percetakan.
Kedua, bila kita kesulitan dalam menentukan dari aspek tagline alias semboyan, kita bisa menyampaikan “diferensiasi” dari aspek layanan. Sebagai contoh baru-baru ini di Jogja menjamur bisnis ayam dan bebek goreng dengan merek baru. Belum terkenal sih, namun karena ada “diferensiasi” dalam aspek bentuk tempat, pelayanan, dan materi branding lainnya, bisnis ini tetap mudah diingat oleh konsumen atau calon konsumen. Ambillah “diferensiasi”nya dalam kontek tempat, bisnis yang penulis sebut ini sebenarnya produknya sama, ayam dan bebek goreng, namun karena tempatnya berbentuk sama begitu juga dengan warna brandingnya, jadi mudah diingat.
Ketiga, kalau tidak menemukan dari sisi tempat usaha, coba kita cari dari aspek layanan. Misal semua ayam dan bebek goreng cenderungnya dengan istilah pecel lele dan model tenda lengkap dengan menu porsi sajian. Tapi bisnis ayam dan bebek goreng yang penulis bahas tadi ternyata membuat semboyan dengan layanan yang berbeda berupa “prasmanan”. Ya prasmanan walaupun khusus nasi sama lalapan dan sambalnya saja. Ayam dan bebeknya ya tetap sudah terporsikan. Dari sini mereka mendapatkan sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan ayam dan bebek goreng lainnya, apalagi kalau dibandingkan dengan pecel lele.
Ya ini lah yang penulis rasa sedikit tentang “diferensiasi” yang mudah kita praktikkan. Kalau penasaran coba pikirkan tentang bisnis pembaca sendiri. Coba cari-cari apa yang kira-kira dapat membedakan dengan bisnis sejenis yang digeluti pembaca sekalian. Coba dulu dari yang terkecil aspeknnya, seperti tadi, dari semboyan alias tagline, dari sisi tempat pelayanan, dari sisi layanan itu sendiri. Kalau tentang produk cukup lama kita menemukan yang berbeda dengan yang lain, karena hampir semua bisnis sudah dilakukan oleh orang lain.
Coba ya dengan berpikir jernih….! Selamat berpikir, dan semoga berhasil….! Aminnn…